6 Agustus 2016

bersyukurlah

satu minggu sudah saya bekerja di tempat yang baru. ya, saya resign (lagi). entah mengapa belakangan ini saya justru lebih banyak menggalau. lingkungan baru yang seharusnya membuat rasa ingin tau saya lebih tinggi. tetapi hati dan pikiran sedang sulit diajak kompromi.

bukan ini yang saya mau. bukan jalan seperti ini yang saya inginkan. ah, apalagi yang sebenarnya mengganggu. apa yang sebenarnya membuat saya resah? 

saya mencoba berbagi kegalauan ini pada suami. mungkin memang tidak akan ada orang yang bisa mengerti apa yang saya rasa selain saya sendiri. tak ada orang yang tau apa yang saya mau selain diri saya sendiri. namun begitu, suami tetap mencoba memberi ketenangan. yang pada akhirnya terucaplah satu kalimat, "mungkin kamu kurang bersyukur".

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

apakah memang kegalauan ini berawal dari rasa tidak bersyukurnya saya? memang akhir-akhir ini saya mengetahui orang-orang di sekililing saya sudah banyak melakukan "sesuatu". sesuatu yang dapat dibanggakan. mungkin orang yang tak mengetahui jerih payahnya akan melihat hasil yang begitu mengagumkan. mereka sudah meraih sukses. itu saya pikir. and how about you? saya bertanya pada diri sendiri.

berbicara tentang kesuksesan pasti memiliki definisi yang berbeda untuk setiap orang. dan untuk hal apa dan pencapaian yang bagaimana pun pasti dari kita memiliki parameter yang tak sama. mungkin ada yang mengisi paramater sukses jika berhasil meraih beasiswa, bisa bekerja di perusahaan ternama, lulus dari universitas bergengsi, bisa masuk kerja di pemerintahan, menjadi ibu penuh waktu di usia emas sang anak, atau dengan memiliki keluarga kecil yang penuh kebahagiaan.
tak akan bisa disamakan. karena memang goal kita dan yang lain berbeda. be your own unique self. setiap individu memiliki peran masing-masing. dan jalankanlah peran itu sebaik mungkin. be the best of yourself.

dan yang terpenting selalu iringi semua pencapaian dengan rasa syukur agar nikmat-Nya terus mengalir. tanpa rasa syukur, sehebat apapun yang telah diraih tak akan pernah membuat bahagia.
karena sesungguhnya kita sudah diberikan peringatan yang berulang-ulang.

 Fa bi ayyi ala'i Rabbikuma tukazziban
bersyukurlah.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS. Ar-Rahman [55])

Jakarta,
6 Agustus 2016

0 comments:

Posting Komentar