29 November 2013

CeritaJika #17 : Jika Istrimu Seorang Engineer

sumber tulisan: di sini

Kalian tahu, para lelaki, tidak mudah bagi seorang wanita untuk memutuskan jadi engineer. Mereka harus bergumbul di dunia yang seharusnya tempat laki-laki berada bukannya wanita. Mereka harus bersaing diantara para lelaki cerdas dan berlogika kuat, tapi tak apalah toh ini salah satu cita-citanya. Toh sekarang adalah jamannya emansipasi wanita “katanya”.

Jika istri adalah seorang engineer, yang mungkin di mata orang umum hanya bisa mengutak-atik program di komputer. Menghitung segala rumus-rumus rumit, membuat analisa untuk proyek-proyek besarnya, tapi ingatlah mereka masih tetaplah seorang wanita. Seorang wanita yang tetap menjadi ibu yang lembut bagi anak-anak kalian kelak. Ibu yang akan menggendong anak-anak kalian ketika mulai rewel. Ibu yang membuatkan susu untuk mereka ketika mulai menangis. Ibu yang mengganti popok mereka, memandikan mereka dan masih banyak hal yang dia lakukan.

Mungkin di mata kalian, seorang engineer hanya menghabiskan waktunya berlama-lama didepan komputer, rapat bersama client penting, survey di site project mereka. Namun ingatlah, kalian suami dan anak-anak tetap berada di hatinya sepanjang waktu, kemanapun dia pergi. Dia adalah orang yang tak akan lupa menyebut kalian dalam doa disetiap sujudnya dan disetiap langkahnya.

Dialah yang selalu melakukan semua tugas rumah tangga yang sudah menjadi kewajibannya. Dialah yang nantinya akan bangun paling pagi sebelum kalian bangun, tetapi dia jugalah yang akan tidur paling akhir. Dia akan selalu memastikan anak-anaknya bisa tidur dengan lelap, bahkan dia akan memastikan tidak ada seekor nyamuk pun yang akan menggangu tidur anak-anaknya nanti. Dia juga yang akan mencium keningmu saat kamu tidur, bahkan memijat-mijat badan kalian ketika kalian mulai mengeluh capek.

Jika istri adalah seorang engineer, yang mungkin dimata orang umum kurang pandai berdandan seperti wanita modis yang lain, tapi dia akan berusaha cantik di matamu. Dia akan berusaha membuat dirinya terlihat menarik dan tetap pintar tentunya di matamu.

Jika istri adalah seorang engineer, yang mungkin di mata orang umum adalah sesosok wanita yang cuek dan tomboy. Ingatlah dia tidak bisa secuek itu, dia tetaplah seorang manusia biasa yang akan stress dan tertekan ketika banyak deadline yang harus diselesaikannya. Dia tetaplah seorang manusia yang akan merasa terpuruk ketika atasannya memarahinya. Dia juga tetap akan menitikkan air mata saat dia sudah merasa terlalu capek menahan semua beban yang ada di pundaknya.

Dia tetap butuh pelukan hangat dari kalian yang bisa menentramkan, dia tetap butuh senyuman tulus darimu. Tetaplah genggam tangannya ketika dia mulai jatuh. Tetaplah berada di depannya ketika dia butuh perlindungan. Dan tetaplah berada di sisinya karena meskipun tampak kuat dia hanyalah seorang wanita yang butuh didampingi disetiap langkahnya.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Submitted :

Ayu Haristyana - Seorang Engineer

27 November 2013

lingkungan pertama

aku sedang merindukan satu tempat, tempat yang dulu justru ingin kutinggalkan.
apa sebenarnya aku termasuk orang yang tak mensyukuri nikmat-Nya? ketika aku telah memiliki sesuatu, tapi aku malah menginginkan sesuatu yang lain. semoga tidak. karena menurutku, itu hanya keinginanku untuk terus melakukan yang terbaik selama aku bisa.

sebelum aku meninggalkan tempat itu, aku juga sempat dikelilingi kebingungan. sempat terjadi perang hati dan pikiran. ketika hati memaksaku untuk melakukan hal yang lebih dari saat itu kulakukan, pikiranku menentang. melihat suasana nyaman dengan kekeluargaan yang tinggi, membuatku sempat takut untuk keluar dari zona nyaman. tapi, jika ku biarkan aku tetap berada dalam kenyamanan, aku pun juga takut. aku takut kenyamanan itu justru mengalihkanku dari rencana-rencana yang telah kubuat.

akhirnya, aku mencoba untuk berpikir lebih jernih lagi. apa yang sesungguhnya aku cari. ya, aku ingin menemukan 'duniaku'. itulah yang membuatku berani mengambil keputusan untuk keluar dari tempat pertamaku bekerja. karena saat itu aku belum bisa bekerja dengan maksimal. aku tidak bisa memaksa diriku. "love what you do", belum bisa aku aplikasikan. dan aku lebih memilih "do what you love".

sekarang aku sudah mulai menemukan apa yang aku cari. dan memang yang menjadi poin terpenting dalam bekerja adalah lingkungan. ini yang terkadang membuatku merindukan lingkungan lama. lingkungan pertamaku yang kembali mengenalkanku pada-Nya.

aku tau 'dunia' seperti apa yang sebenarnya aku cari. dan aku harus segera mendapatkannya seutuhnya.